Jangan terlalu vulgar mengekspos kegiatan pribadi di status, apalagi yg begitu sensitif:
"sebentar lagi mau pergi kajian hadits"
"hafalan hadits umdatul ahkam yang ke 120 kok lupa lagi ya"
"5 menit lagi mau berjama'ah isya' di masjid"
"suara ane tadi pas jadi imam shalat kedengaran ga ya ama makmum akhwat di belakang."
"sedang berada di kajian ustadz fulan. Persis depan beliau."
(("Khutbah jum'at di Masjid Nabawi kali ini sngat menyentuh"
"Aduh, tdi pas dimajlisnya syekh fulan gak sempat nyatat, padahal faidahnya banyak"
"Otw mekkah.... "
"Bismillah.. Aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah.. Moga slamat sampe Makkah"
"Ini dah masuk thawaf k brapa ya...? Lupa ane."
"Lantai tiga masjidil haram sepi bngett.. Sambil narsis depan ka'bah"
"Lantai 20 menara zam zam. Masyaallah... Sungguh agung ciptaan-Mu ya Allah..."
"Lagi muraja'ah jangan diganggu"
"Botak lgi.. Botak lagi... Padahal umrohnya bru minggu kmaren... Alhamdullah.."
"Alhamdulillah kajian Sohih Bukhori dah nyampe hadits ke 5700 san"
"Ada yang mau bantuin ana murajaah gak..?
"Lagi nunggu adzan Maghrib. Madinah 27/10/2012"
"Alhamdulillah umrohnya lancar" ))
Harga diri tidak akan meningkat dengan laporan-laporan seperti itu
kepada penduduk dunia maya. Berikan saja mereka faidah yang lebih
bermanfaat.
Kelak, seperti disebutkan hadits, tiga jenis
punggawa islam akan diseret ke neraka: pahlawan ilmu, pahlawan alqur'an
dan pahlawan di medan perang. Kenapa? Ketiganya larut/menikmati riya',
sum'ah dan sejenisnya. Bisa jadi, dengan status di atas, kitalah
pahlawan tersebut yang kelak terseret dalam neraka dengan kobaran
dahsyat apinya.
Ini tidak memvonis, hanya mengajak lebih berhati-hati. Si empunya status ini pun (sedang) menasehati dirinya.
Baarakallahu fiikum..
(( قال الخُريبي رحمه الله: "كانوا يستحبّون أن يكون للرجل خبيئة من عمل صالح لا تعلم به زوجته ولا غيرها". [تهذيب السير 2/ 827]))
_______________________________________
copas status Fachrian Almer Akiera.
Dan agar lebih jelas, berikut riwayat haditsnya: Hadits Abu Hurairah Riwayat Muslim No. 1905
Pada hari kiamat
nanti, dihadirkan seorang laki-laki yang mati dalam keadaan peperangan
fii sabilillah (di jalan Alloh). Kemudian diperlihatkan kepadanya
nikmat-nikmat Alloh hingga ia mengakuinya. Selanjutnya ia ditanya, “Apa
yang telah engkau perbuat di dunia?” Ia menjawab, “Aku telah berperang
demi Engkau (Alloh) hingga aku terbunuh.”
Alloh berkata, “Bohong! Engkau berperang bukan karena aku, tapi supaya
engkau disebut pahlawan. Kini gelar itu telah engkau peroleh.” Lalu
orang itu diseret ke neraka dengan wajah tersungkur.
Kemudian didatangkan
orang yang kedua, yaitu seorang laki-laki yang sering membaca Al Qur’an,
rajin menuntut ilmu, dan senantiasa mengajarkan pengetahuannya kepada
orang lain. Lalu ia ditanya, “Apa yang telah engkau perbuat (selama
hidup di dunia)?” Dia menjawab, “Aku mempelajari berbagai ilmu dan
mengajarkannya kepada orang lain, dan aku juga sering membaca Al Qur’an
karena-Mu.”
Alloh menjawab,
“Bohong! Engkau belajar dan mengajar bukan karena Aku. Bacaan Al
Qur’anmu juga bukan karena Aku. Engkau belajar dan mengajar agar
dikatakan pintar dan ‘alim. Kini sebutan itu telah engkau peroleh.
Bacaan Al Qur’anmu juga bukan karena Aku, tetapi agar engkau diberi
gelar Qori’. Itu juga telah engkau raih.” Akhirnya ia juga diseret ke
neraka dengan wajah tersungkur.
Kemudian dihadirkan
orang ketiga. Yakni, laki-laki yang diberi kelapangan hidup dan berbagai
jenis harta kekayaan. Kemudian diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat
Alloh hingga ia mengakuinya.
Lantas ia ditanya,
“Apa yang telah engkau lakukan?” “Aku telah menginfakkan seluruh hartaku
di jalan yang Engkau sukai dan semuanya karena-Mu.” jawabnya. Alloh
berkata, “Bohong! Engkau melakukan itu agar dikatakan sebagai dermawan.
Dan itu telah engkau peroleh.” Akhirnya dengan wajah tersungkur ia juga
diseret ke neraka.